Angka hari ini begitu cantik. Menggambarkan betapa
pemiliknya adalah penakluk cemas; penabur pelangi, dan penjaring tawa. Seingat saya,
keganjilan angka hari ini adalah semesta dan seisinya. Jika ditanya siapa
manusia paling beruntung, maka jawabnya adalah saya. Sebab, sayalah satu-satunya
(sampai hari ini) yang selalu mengamati garis-garis gradasi yang ada di pipi
kanan dan kirinya. Mengagumkan.
Tidak terasa memang, sekarang sudah ke- tiga puluh tiga. Keganjilan
yang telah disepakati. Angka yang mencipta harmoni; keteraturan. Semesta seperti
bersepakat, tahun ini adalah milikmu. Sebab di angka ini, pintu kesejatian
hidup tidak lagi halusinasi. Bukan lagi kepingan puzzle yang harus digenapi. Tapi
angka hari ini adalah, lorong panjang yang lampunya sudah menyala semua. Biarkan
mereka lewat dan menjemput mimpi-mimpinya, katamu suatu ketika.
Banyak orang di luar sana, sampai detik ini, masih belum
menemukan definisi yang melegakan tentang angka sepasang itu. Tiga-tiga bagi mereka
begitu sakral. Mendiamkan, lalu kemudian menebak-nebak artinya sudah lebih
cukup bagi mereka. Namun tidak bagi saya. Angka ganjil yang sepasang ini adalah
ceruk kehidupan. Infinity harapan saya. Kebahagiaan saya. Dan syukur
saya. Tiga-tiga adalah bagaimana engkau selalu meyakinkan saya, bahwa apa pun
itu, akan baik-baik saja jika bersama. Dan, saya selalu menggenggamnya.
Masih tentang tiga-tiga. Saya, dan mereka -mungkin saja-
sepakat bahwa angka tiga-tiga adalah kebijaksanaan esoteris. Ini bukan hanya
kebetulan yang kerap kali bisa kita duga. Akan tetapi, Tuhan menyelipkan
rahasia di balik angka itu. Seperti yang pernah saya baca, -konon- angka ganjil
itu berhubungan langsung dengan pencerahan, kesehatan dan aktualisasi diri yang
sejati. Banyak peristiwa luar biasa menyelimuti angka ajaib itu. Misalnya saja,
tentang tersalibkannya Sang Mesias; Yesus, di bukit Golgota pada usia tiga-tiga,
sehingga ketika itu, penduduk Golgota
menjadi sangat mensucikan angka itu.
Tidak berhenti di sana, mayoritas Muslim merapal Tuhan-nya juga
melalui angka tiga-tiga. Ritual-ritual mereka tidak akan pernah terasa suci
jika angka ganjil itu tidak membasahi lisan mereka.
Sekelumit keajaiban tiga-tiga itu, memang, tidak akan pernah
bisa sebanding denganmu. Tapi setidaknya bisa membuat dua mata indahmu terbuka,
jika hari ini kamu adalah manusia paling sakti di jagat ini. Coba, buka
jendela. Dan lihatlah awan-awan itu berebut paling cepat menengadahkan tangan.
Memohon curahan rahmat dari Tuhan-nya. Dan akan menhujankannya untukmu semua. Tidak
tersisa sepercik pun bagi mereka. Dan juga bagaimana Sang Mentari yang sengaja
melambatkan diri bersinar. Sebab ia sadar, ada yang lebih bersinar pagi ini. Tidak
mau kalah juga, perhatikan nada cericit pagi ini, suara itu serupa harpa yang
dimainkan dengan tempo tiga-tiga. Lalu mencetak namamu dalam melodi mereka. Ada
lagi, bagaimana tulang belulang, ruas-ruas jari, jantung, paru-paru, lambung,
empedu, kulit ari, dua tangan, sepasang kaki, satu hidung, dua kuping, dua
mata, ribuan rambut kepala, dagu lancip, dan kilatan kulit semua sedang bersuka
cita. Bernyanyi, berdansa, saling membenturkan gelas bergagang langsing mereka.
Mereka berpesta hari ini. Mengekspresikan lukisan masa yang mereka mulai sejak
mereka berumah di Rimba Amniotik tiga puluh tiga tahun yang lalu. Hari ini
penantian itu telah datang. Membersamaimu. Menggandeng tanganmu. Berharap limpahan
berkah darimu.
Demikian, alur kata-kata ini mengalir. Jemari ini sudah merasa
sangat bersalah telah mengurai betapa saktinya dirimu pagi ini. Namun apa pun
kesalahan saya itu, tetap izinkan saya mengatakan: Selamat bertiga-puluh-tiga.
Dari laki-laki yang sangat biasa, tapi tak pernah biasa
mencintaimu.
Luthfi_Madu

Selamat bertambah usia bidadari tak bersayap
BalasHapusIni yg komen Bidari bersayap hehee
HapusWah...Habib Lutfi memang luar biasa...
BalasHapusBelajar saking jenengan komandan
HapusTulisan yang indah
BalasHapusAda udang di balik batu itu, Bu Mus 😂
Hapus33 mmbw chya
BalasHapus33 mmbw chya
BalasHapus