Pembukaan KKN Reguler
Multisektoral
UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung 2023
Langit
belum sempurna mengeringkan mimpi-mimpi di pagi ini. Tapi, saya, dan mungkin di
ujung sana, kolega saya; Dr. Reni, sedang bersiap juga. Kami mempunyai agenda
yang sama di hari ini. Kebetulan ini terulang lagi. Kami -sekarang- menjadi DPL
di desa yang sama lagi, seperti yang pernah kita lakukan beberapa tahun silam
saat kami mendapatkan tugas pendampingan di Pule, Trenggalek. Semoga, kami
seperti dulu lagi. Kompak dan membahana badai :D.
Untuk KKN
kali ini, saya mendapat tugas pendampingan di desa Tanggul Kundung, Besuki
Tulungagung, yang memang saya pilih saat mengisi form pendaftaran menjadi DPL.
Lokus pendampingan yang tidak terlalu jauh dan akses yang mudah menjadi
pertimbangan saya saat menjatuhkan pilihan di kecamatan Besuki Tulungagung.
Dengan harapan, lokus yang mudah tertempuh membuat saya bisa maksimal melakukan
pendampingan. Artinya, jika ada program-program KKN yang -memang- membutuhkan
saya ada, maka hal itu bisa sangat mudah untuk saya wujudkan.
Saya
berangkat pukul 08:00 tepat, dan sebelum sampai jam 09:00 saya sudah berada di
kantor desa Tanggul Kundung yang merupakan lokasi acara pembukaan. Padahal,
saya juga sempat mampir untuk sarapan di sekitaran Beji. Pembaca perlu tahu, di
daerah tersebut ada Soto yang mantul sekali, tapi, tidak akan saya bahas di
sini tempatnya. Kecuali, pembaca berjanji kepada saya untuk mengajak makan
bersama di sana :D.
Saat tiba
di sana, saya disambut antusias peserta KKN. Di sana juga, ternyata, sudah ada Bu
Reni yang duduk bahagia bersama putrinya. Tampaknya pagi ini, beliau sedang
berwarna sekali. Kami bertegur sapa lagi. Berdiskusi. Berbincang. Dan beliau
mengatakan, jika rumah beliau tidak jauh dari kantor desa ini. Ah. Pantesan, kok saya diminta mampir. Dan akan dikasih durian yang banyak.
Waktu
beranjak dari pukul 09:00 menuju 20 menit ke dapan. Saya mengedarkan pandangan
ke semua arah. Ada satu peserta KKN yang menangkapnya. Lalu mendatangi saya dan mengatakan
jika Pak Lurah masih ada acara di rumah warga. Apakah beliau bisa hadir? Bisa,
Pak. Jawabnya penuh semangat. Kantor sepi, Pak. Beberapa perangkat ada undangan
ke Surabaya. Katanya menjelaskan. Baiklah. Saya mengangguk. Dan ia meninggalkan
saya untuk menertibkan teman-temannya. Sebab, katanya, Pak Lurah sedang dalam
perjalanan menuju lokasi.
Saya
bersiap. Dan berdiri di ambang pintu aula. Saya menyambut kedatangan Pak Lurah.
Tidak berselang lama. Beliau datang. Akan tetapi tidak langsung ke aula. Beliau lebih dulu ke ruangan kerja. Sebab di sana, sudah ada beberapa warga yang
membutuhkan tanda tangan.
Tepat pukul
09:30, acara dimulai. Saya, Bu Reni, dan Pak Lurah duduk berdampingan di depan
menghadap kepada hadirin yang hadir. Mereka yang hadir adalah dari semua unsur
pemerintahan desa dan peserta KKN. Acara dibuka oleh MC dengan membaca Fatihah
berjamaah. Kemudian disambung dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars UIN
SATU Tulungagung. Setelah kedua acara itu selesai. Dilanjutkan dengan
sambutan-sambutan. Pertama oleh Bu Reni, selaku DPL, dan oleh Pak Lurah, selaku
tuan rumah.
Dalam sambutan
tersebut, Bu Reni menjelaskan secara detail tentang konsep KKN saat ini. Dengan
Bahasa yang ringan dan sangat mudah dipahami, beliau mengatakan bahwa KKN sekarang
ini tidak membangun fisik, seperti tugu, jalan, dan yang lainnya. Tapi yang
dibangun oleh KKN sekarang ini adalah non fisik, atau mental. Maka dari itu,
masih kata beliau, KKN ini berbasis Keluarga Maslahat. Dengan harapan, kehadiran
kegiatan KKN di Tanggul Kundung ini, setidaknya, bisa memberikan sumbangan pola
pikir baru tentang keluarga maslahat.
Dalam kesempatan
itu pula, beliau mnejelaskan tentang Kesehatan mental. Masih menurut beliau, mental
yang tidak sehat akan menimbulkan banyak problem sosial di keluarga. Misalnya saja,
perceraian dan maraknya kasus bunuh diri. Mental yang sehat muncul di keluarga yang
sehat (baca: maslahat). Dengan dibumbui joke-joke segar beliau, kami yang
menyimak jadi mudah memahami dan merasa waktu begitu cepat berlalu. Dan tetiba
saja beliau segera mengakhiri sambutan yang disambut dengan riuh tepuk tangan
yang hadir.
Sambutan yang kedua dari Pak Lurah.
Setelah membuka sambutan perkenalan diri, satu kata yang keluar dari beliau
adalah bahwa UIN SATU dengan desa Tanggul Kundung itu sudah seperti saudara
kandung. Saya tersenyum. Bu Reni tersenyum. Dan semua peserta KKN tersenyum. Ternyata
kami pulang ke rumah sendiri. Seperti formalnya sambutan pembukaan sebuah kegiatan,
Pak Lurah; yang dalam hal ini sebagai tuan rumah, memohon maaf jika perihal gupuh
dan suguh ada yang kurang. Lalu beliau berpesan agar semua peserta KKN
jangan ada yang pergi-pulang. Artinya, mereka diharapkan agar menuntaskan
kegiatan dengan tetap berada di posko yang sudah disediakan. Beliau juga menambahkan,
jangan menganggap perangkat desa dan Masyarakat desa Tanggul Kundung sebagai
orang lain. Semua bersaudara. Oleh sebab itu, peserta KKN jangan sungkan untuk
menjalin komunikasi dengan mereka semua. “Wakafkanlah kebaikan untuk mereka,”
tutup Pak Lurah di akhir sambutan beliau. Setelah itu, beliau dimohon untuk
mengalungkan ID-Card ke dua peserta KKN sebagai simbolisasi dimulainya
kegiatan KKN Reguler Multisektoral UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung 2023
di desa Tanggul Kundung kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung.
Memasuki acara
terakhir adalah doa. Karena tokoh masyarakat yang diundang berhalangan hadir,
maka tugas membaca doa diserahkan ke saya. Dengan niat tulus dan hati yang
tertata, saya berdoa semoga kegiatan KKN ini membawa keberkahan bagi semuanya.
Dengan berakhirnya
pembacaan doa, maka semua rangkaian kegiatan pembukaan KKN Reguler
Multisektoral UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung 2023 dinyatakan selesai
dan terlaksana dengan baik.
Setelah seremonial
pembukaan, kami berfoto bersama dengan seluruh hadirin yang ada. Lalu, satu
persatu hadirin meninggalkan aula. Hanya kami: DPL dan peserta KKN yang
bertahan di sana.
Di aula,
kami berdiskusi sebentar. Kemudian saya dan Bu Reni bertemu secara pribadi
dengan Pak Lurah di ruang kerja beliau. Kami bercerita banyak hal. Termasuk cerita
Pak Lurah, yang ternyata seorang purnawirawan Polisi. Mempunyai dua anak yang sudah
berkeluarga semua. Dari beliau juga, saya tahu bahwa Tingkat perceraian di
Tanggul Kundung sangat tinggi.
Sebenarnya beliau
masih pingin cerita banyak hal kepada kami. Akan tetapi, hari ini jadwal kegiatan beliau
sangat padat. Sehingga kami segera pamit.
Tidak terasa,
waktu sudah berada di pukul 12 siang. Saya dan Bu Reni harus mengakhiri semua
kegiatan pembukaan itu. Selanjutkan, kami akan ke posko masing-masing peserta
KKN yang kami dampingi.
Posko kelompok
dampingan saya ternyata dekat dengan kantor desa. Rumahnya besar dan sangat representatif.
Bonusnya, yang punya rumah menggratiskan biaya sewa. Peserta KKN hanya diminta
membayar Listrik yang digunakan. "Di sini juga ada ayam, Pak!" teriak salah satu dari mereka. Maksudnya? "Kami tidak akan kekurangan gizi!" Mereka kompak tertawa. Milik siapa? Yang Punya rumah? "Benar, Pak." Saya tertawa. Jangan sampai ketahuan, kata saya bercanda.
Saya berbincang
banyak hal juga dengan mereka di posko. Termasuk mengkonsep program-program
unggulan mereka yang kesemuanya berbasis keluarga maslahat. Setelah dirasa semua sudah disiskusikan, saya pamit meninggalkan posko.