Kamis, 31 Juli 2025

Moderasi Beragama di Masjid Ar-Royan: Ketika NU dan Muhammadiyyah Bersatu dalam Satu Shaf Muhamad Mustofa Ludfi #PKDP_UIN_SATU_2025 #Moderasi_Beragama

Moderasi Beragama di Masjid Ar-Royan: 

Ketika NU dan Muhammadiyyah Bersatu dalam Satu Shaf

Muhamad Mustofa Ludfi

#PKDP_UIN_SATU_2025

#Moderasi_Beragama


Di tengah hiruk-pikuk perbedaan yang kerap kali membelah, Masjid Ar-Royan di Perumahan Bumi Mas, Tulungagung, hadir sebagai ruang harapan. Di sini, perbedaan bukan menjadi tembok pemisah, melainkan jembatan yang menyatukan. Di masjid ini, nilai moderasi beragama bukan sekadar slogan, melainkan realitas yang hidup dalam setiap rakaat salat jamaah.

Bayangkan suasana Subuh yang tenang, lantunan takbir menggema dari mimbar. Seorang imam berdiri di depan, membimbing jamaah dalam salat fajar. Ia adalah seorang kader Muhammadiyah—dikenal dengan pendekatan keagamaannya yang rasional dan tajdid (pembaruan). Di belakangnya, berbaris rapi jamaah yang mayoritas berasal dari Nahdlatul Ulama (NU), yang dikenal dengan tradisi tawasul, dzikir berjamaah, dan kecintaan terhadap ulama salaf. Namun, tak ada yang merasa terganggu. Tidak ada yang mundur dari shaf hanya karena perbedaan afiliasi keagamaan.

Inilah wajah moderasi beragama yang sejati: saling menghormati, menerima, dan bersatu dalam ibadah, meski berbeda dalam madzhab, tradisi, atau organisasi keagamaan.

Di Masjid Ar-Royan, perbedaan tidak dihapus, tetapi dihargai. Tidak ada yang dipaksa untuk mengikuti cara beragama orang lain. Tidak ada stigma bahwa cara satu kelompok lebih "benar" dari yang lain. Yang ada hanyalah semangat ukhuwah islamiyah—persaudaraan sesama muslim—yang tumbuh subur di antara jamaah.

“Kami tidak pernah mempertanyakan latar belakang organisasi seseorang saat menjadi imam,” ujar Ustadz Ahmad, salah satu tokoh masyarakat setempat. “Yang penting, dia bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, memahami rukun salat, dan memiliki akhlak yang baik. Itu saja cukup.”

Sikap seperti ini, sederhana namun dalam maknanya, menjadi fondasi kuat bagi kehidupan beragama yang damai dan inklusif. Di tengah arus radikalisme dan polarisasi yang kerap memanfaatkan perbedaan keagamaan untuk memecah belah, Masjid Ar-Royan justru menunjukkan bahwa umat Islam bisa bersatu tanpa harus menyamaratakan.

Perbedaan antara NU dan Muhammadiyyah, misalnya, bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Keduanya sama-sama memiliki kontribusi besar dalam membangun peradaban Islam di Indonesia. NU dengan tradisi pesantren dan kearifan lokalnya, Muhammadiyyah dengan gerakan pendidikan dan pembaruan sosialnya. Di Masjid Ar-Royan, kedua aliran ini tidak saling menegasikan, melainkan saling melengkapi.

“Kami belajar dari para ulama kita: berbeda itu sunnatullah,” tambah Bu Siti, jamaah perempuan yang setia hadir dalam pengajian rutin. “Yang penting, kita tetap saling menyapa, saling menjenguk saat sakit, dan saling membantu saat susah. Itu yang membuat agama kita hidup.”

Moderasi beragama bukan berarti tidak tegas dalam keyakinan. Bukan pula mengaburkan ajaran. Ia justru tentang keberanian untuk tetap teguh pada prinsip, namun rendah hati untuk mengakui bahwa kebenaran itu luas, dan Allah SWT membuka banyak jalan menuju-Nya.

Masjid Ar-Royan mungkin hanya satu dari ribuan masjid di Indonesia. Namun, kehadirannya menjadi simbol bahwa perdamaian dimulai dari hal-hal kecil: dari satu shaf salat yang rapi, dari satu imam yang dipercaya tanpa prasangka, dari satu komunitas yang memilih untuk saling menghormati daripada saling mencela.

Di tengah perumahan yang damai, Masjid Ar-Royan bukan hanya tempat ibadah. Ia adalah ruang belajar: bahwa Islam adalah agama rahmat, dan moderasi adalah jalan terbaik untuk mewujudkannya.

Semoga semangat ini tidak hanya tinggal di Bumi Mas, tapi menjalar ke seluruh penjuru negeri—dari masjid ke masjid, dari hati ke hati. Karena di sanalah, sesungguhnya, masa depan beragama kita ditentukan.

Kamis, 07 November 2024

Pengantar Buku Transformasi Sosial Majelis Ratib Al-‘Attas Habib Muhammad Al-Habsyi Gresik

 


Perubahan yang cepat dalam kehidupan sosial, serta semakin cepatnya roda modernitas kehidupan, institusi dan lembaga keagamaan berperan sangat krusial dalam membentuk corak dan identitas sebuah masyarakat. Di Indonesia, lebih spesifiknya di Kabupaten Gresik, heterogenitas budaya dan agama saling membentuk pola interaksi, sehingga majelis-majelis -yang merupakan isntitusi- keagamaan semisal Majelis R<atib Al-‘At{t{as memiliki andil dan pengaruh signifikan terhadap paradigma dan perilaku masyarakat. Dan pada kesempatannya menjadi sangat popular dan tidak terpisahkan dengan tradisi ubudiyah masyarakat yang sangat kuat.

Catatan singkat tersebut, menjadi salah satu sebab mengapa buku ini penting hadir di tengah-tengah pembaca semua. Sebab, buku ini disusun dengan tujuan untuk mengeksplorasi dinamika sosial yang terjadi di dalam R<atib Al-‘At{t{as yang dimaksud tersebut. Termasuk, bagaimana majelis ini mampu bertransformasi secara gemilang di masyarakat; yang pada akhrinya hasil dari transformasi itu berdampak secara konsisten terhadap semua anggota majelis. Dan yang terakhir, transformasi itu mampu memberikan garansi kepada masyarakat bahwa eksistensi dari majelis ini bisa dipertanggungjawabkan.

Majelis R<atib Al-‘At{t{as yang didirkan oleh H{abi>b Muh{ammad Al-H{absyi ini bukan hanya menjadi wahana ibadah, lebih dari itu, majelis ini juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan spiritual masyarakat. Melalui ritual pembacaan R<atib Al-‘At{t{as secara kontinyu dan penyampaian nilai-nilai kebaikan yang kontekstual, majelis ini berhasil mendidik anggotanya tentang bagaimana sebuah agama menjadi inspirasi terbentuknya sikap solidaritas dan kesetaraan antar sesama. Buku yang merupaka hasil penelitian ini berusaha memahami lalu kemudian memahamkan kepada khalayak bagaimana perilaku keagamaan ini membentuk pola hubungan sosial antaranggota dan memperkuat solidaritas di antara mereka. Dalam konteks ini, buku ini berusaha memotret bagaimana majelis ini menjadi fasilitator antara tradisi dan modernitas.

Salah satu aspek menarik dari Majelis R<atib Al-‘At{t{as yang mampu dibingkai oleh buku ini adalah kemampuan majelis ini merespon dengan cepat perkembangan zaman. rasionalnya adalah meski majelis ini tetap merawat tradisi yang terwariskan, akan tetapi majelis ini tidak abai terhadap teknologi dan inovasi ilmu pengetahuan. Secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa majelis ini berkompromi dengan teknologi yang berkembang pesat tersbut guna mengekspansi ranah dakwah yang luas. Dalam buku ini, juga diuraikan bagaimana dan seperti apa strategi-strategi yang diambil oleh majelis untuk menjawab tantangan zaman. Lebih dari itu, buku ini juga akan memvisualkan bagaimana majelis ini terlibat secara konsisten terhadap proses tranfosmasi sosial di tengah-tengah masyarakat yang keterogen.

Secara singkat bisa dikatakan bahwa transformasi sosial yang terjadi di Majelis R<atib Al-‘At{t{as mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam masyarakat Gresik. Berangkat dari statemen ini, buku ini mencoba menganalisis berbagai faktor, termasuk faktor ekonomi, politik, dan budaya yang memengaruhi dinamika di dalam majelis. Dengan pendekatan kualitatif, penulis berusaha menggali pemahaman yang lebih baik mengenai interaksi kompromi sosial yang kompleks antara agama, budaya, dan masyarakat dalam konteks lokal.

Melalui buku ini, penulis memiliki harapan besar semoga kehadirannya di tengah-tengah pembaca mampu bersedekah wawasan yang lebih luas mengenai peran majelis dalam membentuk perilaku sosial dan sikap masyarakat. Sehingga buku ini tidak hanya ditujukan untuk kalangan akademisi, tetapi juga bagi masyarakat umum yang ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana institusi keagamaan dapat berkontribusi dalam proses perubahan sosial. Penulis memiliki keyakinan besar bahwa pemahaman ini sangat penting untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama dan membangun masyarakat yang lebih inklusif.

Akhirnya, penulis berterima kasih kepada siapapun yang telah mendukung lahirnya buku ini, termasuk mereka yang merupakan anggota Majelis R<atib Al-‘At{t{as, dan juga para peneliti yang sama-sama terlibat dalam penelitian yang sama dengan penulis, serta teman sejawat yang telah berkontribusi dengan kritik dan saran yang membangun. Tanpa dukungan dan kerja sama mereka, buku ini tidak akan terwujud. Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi sosial dan keagamaan, atau yang populer dengan sebutan Sosiologi Agama.

Walhasil, sebagai akhir kata, penulis mengundang pembaca untuk menyelami isi buku ini dengan pikiran terbuka, menerima diskusi serta siap untuk berdamai dengan kompleksitas hubungan antara tradisi dan modernitas. Semoga buku ini tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi semua orang untuk terus mencari makna dalam kehidupan beragama dan berbangsa.

Kamis, 18 Januari 2024

Mereka itu, EMAS!

Mereka itu, EMAS!

(Sebuah Pengantar)





Tuhan Yang Mahakuat, Puji-puji ini untuk Engkau. Kepada Sang Nabi, saya haturkan Salawat: Semoga kami semua mendapatkan Syafaat. Kepada semua yang terlibat, ada jariyah tak terputus untuk kalian. Semoga, kita bersama selalu berada di jalan keberkahan. Selalu dalam keberpihakan Tuhan. Amin.

Ketika saya membuat ide membentuk sebuah Geng, terlintas dalam pikiran saya untuk menamainya Relawan Aksara. Tidak seperti geng-geng yang lain, kali ini kami tidak sedang ingin tawuran, tapi kami sedang berusaha bagaimana sebahagia mungkin merayakan kata-kata. Geng untuk mencipta karya? Iya, kalian benar.

Lihat karya kami ini. Lahir dari kebulatan tekad dan kekuatan Ikhlas. Kami berjalan tanpa ada yang memberi tumpangan. Tapi akhirnya, kami sampai pada tujuan. Kami mendapatkan apa yang kami mimpikan. Bersama mereka, gumpalan emas yang masih terselimuti kabut dingin di pinggiran Tempel-Tanggulkundung-Besuki.

 

Lalu, emas itu mulai mencair. Membentuk visualnya masing-masing. Menjadi puisi. Cerita tentang kebun. Pantun kerinduan. Dan juga cinta. Mereka lalu menyatu dengan kami: Relawan Aksara, menjahit kebersamaan dan mencipta hangat lewat tulisan. Sungguh, jika ini harus dilukiskan, maka kanvas itu tidak akan pernah cukup. Sebab, kami terlalu bahagia.

Visual-visual itu lalu kami bingkai dalam sebuah buku yang sebenarnya tidak ingin kami beri titik. Kami ingin terus membiarkan mereka hanya membuat jeda, bukan akhir paragraf. Namun kami sadar, semuanya harus disudahi. Kami tidak ingin membebani mereka. Kami hanya ingin membiarkan mereka menikmati letupan-letupan tulisan mereka.

Sehingga akhirnya, buku ini, letupan ini, adalah jiwa, yang tentu tidak akan sempurna. Tapi setidaknya, kami sudah berupaya yang terbaik. Kami memulai, mereka berekspresi, dan Anda semua: Silakan Menikmati. Beri kami masukan; kritikan, atau pujian. Biar kelak, kami tidak Anda lupakan. Sekali lagi, selamat membaca. Jangan lupa bahagia.


Rabu, 17 Januari 2024

Perkuat Ekonomi Kerakyatan, Kelompok KKN Tanggulkundung 1 Melaksanakan Workshop Desain Bucket dan Pembuatan Logo Branding

Perkuat Ekonomi Kerakyatan, Kelompok KKN Tanggulkundung 1 Melaksanakan Workshop Desain Bucket dan Pembuatan Logo Branding

Besuki- Minggu, 14 Januari 2023, Kelompok KKN Tanggulkundung 1 kembali melaksanakan program kerja unggulan. Kali ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah Workshop Desain Bucket dan Pembuatan Logo Branding dengan sasaran utama UMKM Dusun Tempel, Desa Tanggulkundung, Kecamatan Besuki.

Kegiatan terbagi menjadi dua sesi, pagi dan siang. Sesi pagi diisi dengan kegiatan workshop desain bucket.  Kegiatan ini dipandang sangat perlu karena desain bucket menjadi hasil UMKM yang sangat digemari Masyarakat. Dari survei yang dilakukan, usaha desain bucket menjadi alternatif utama di saat usaha lain mulai meredup. Dalam workshop ini, kelompok KKN Tanggulkungdung 1 mendatangkan Laila KHoirun N.; yang merupakan pelaku usaha desain bucket sebagai narasumber. Workshop desain bucket ini diharapkan mampu meningkatkan kreativitas dan memberikan softskill bagi peserta dalam memulai usaha pembuatan bucket.


“Di wilayah ini (baca: Tanggulkundung) usaha ini sangat prospek, Mbak. Di saat usaha lain layu, usaha yang saya geluti ini malah berkembang,” ujar Laila di sela-sela acara.

“Untuk kali ini, saya fokus pada bucket jajan. Selain mudah, bahan-bahan juga tersedia di semua tempat. Dan tentu saja, memikat,” sambung Laila saat ditanya tentang materi Workhsop.

“Workshop ini tidak hanya menyasar kepada Masyarakat saja, akan tetapi juga menyasar kepada kami. Tentu, bekal yang sangat berharga ini akan kami bawa pulang. Dan bisa menjadi alternatif kami saat memulai usaha nanti,” ujar Wahyu Asnafi (CO Divisi Ekonomi kelompok KKN Tanggulkundung 1) saat memberikan sambutan sebagai Koordinator kegiatan.

“Saya sampaikan banyak terima kasih pada semua yang terlibat. Khususnya kepada Umul Laila Nur Rosyida, Angelina Sita Damayanti, Ferlina Tika Sari, dan Nafa Fitria Wulandari. Mereka bekerja tanpa mengenal Lelah. Mulai survei di Masyarakat sampai mengkaji kebermanfaatan kegiatan ini. Kita akan melakukan follow up secepatanya dari workshop ini. Semoga semuanya bisa lancar,” lanjut Wahyu.


Sementara untuk sesi siang, kegiatan diisi dengan pembuatan Logo Branding. Dari sekian hasil survei dan kajian yang mendalam dari Tim Divisi Ekonomi, didapat satu UMKM yang dipandang sangat perlu untuk diberikan pendampingan. UMKM tersebut adalah usaha kripik tempe milik Bu Katini yang merupakan asli warga Dusun Tempel. Usaha kripik tempe ini sudah berjalan kurang lebih 5 tahun, akan tetapi wilayah sebarannya masih di Desa Tanggulkundung.

Sehingga dengan adanya Logo Branding ini, diharapkan usaha kripik tempe ini, minimal, mempunyai ciri khas yang dikenal Masyarakat secara luas. Untuk menambah luas wilayah sebaran, TIM menyebar Logo di beberapa titik keramaian di seluruh Besuki. Tidak berhenti sampai di situ, TIM juga berencana membuatkan toko digital di Shopee.

“Ke depannya, Kripik Tempe Bu Katini mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Tidak hanya di Tanggulkundung dan Besuki saja. Nanti, kita akan buatkan toko digital juga di Shopee. Sekarang era digital, wilayah pelosok bukan jadi alasan untuk tidak terlibat di platfom-platfom digital yang ada,” jawab Wahyu dalam sesi wawancara di sela-sela aktivitasnya memasang Logo.

"Yang jelas, doakan kami, ya. Semoga program-program kami, termasuk yang sekarang ini, tidak hanya menjadi uforia sesaat saja, akan tetapi menjadi program keberlanjutan yang terus memberikan kebermanfaatan kepada semua," pungkasnya. 


 

 

 


Minggu, 07 Januari 2024

P2B MELAKSANAKAN UJIAN TOAP UNTUK SEMESTER 3

 



UPT BAHASA MELAKSANAKAN UJIAN TOAP GELOMBANG I UNTUK SEMESTER 3

 

Tulungagung - - - Hari ini, 08 Januari 2024, UPT Bahasa malaksanakan ujian TOAP secara serentak, baik offline maupun online. Berdasarkan jadwal yang sudah disusun, ujian TOAP ini akan dilaksanakan selama 1 bulan penuh di bulan Januari 2024, yakni mulai tanggal 08 Januari 2024 sampai tanggal 23 Januari 2024.

 


Lokasi ujian ini dipusatkan di Gedung UPT Bahasa lantai 2 untuk yang offline, sedangkan untuk yang online bebas memilih tempat asal sesuai jam ujian dan tempatnya representatif untuk ujian.

 

Kegiatan ujian TOAP ini melibatkan seluruh pegawai UPT Bahasa dan dosen-dosen yang mengajar Bahasa, baik Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris. Mereka yang terlibat ini bertugas sebagai pengawas dan teknisi.

 

“Untuk gelombang pertama ini, ujian TOAP kita laksanakan sebulan penuh. Dengan target, semua mahasiswa semester 3. Untuk hari ini, peserta yang ujian ada 330 mahasiswa,” ujar Mam Erna, panggilan akrab Prof. Dr. Erna Iftanti, M.Pd., selaku Kepala UPT Bahasa.

 

“Diharapkan tidak ada kendala. Sehingga target bisa tercapai. Mudah-mudahan semua lulus. Jadi, tidak ada remidi,” lanjut Mam Erna.

 

“Tadi sempat mengalami kendala jaringan dan aplikasi. Tapi kita semua gercep, jadi masalah bisa segera diatasi. Yang penting kita semua kompak. Datang tepat waktu. Insyaallah semua akan berjalan lancar,” terang Pak Say, dosen FUAD yang berkantor di UPT Bahasa.

 


Sampai berita ini ditulis, ujian TOAP masih berlangsung. Dalam satu hari ada 3x ujian. Jam pertama dimulai pukul 07:30, jam kedua dimulai pukul 10:00, dan jam ketiga dimulai pukul 13:00. Semua pihak berharap mudah-mudahan selama pelaksanaan ujian sebulan penuh tidak ada hambatan lagi. 


Perkuat Gerakan Keluarga Maslahat, KKN Tanggulkundung I dan PAC Ansor NU Besuki Sebar 300 Stiker Keluarga Maslahat

 


Perkuat Gerakan Keluarga Maslahat, KKN Tanggukundung I dan PAC Ansor NU Besuki Sebar 300 Stiker Keluarga Maslahat

 

Besuki--- Hari ini, 07 Januari 2024, Kelompok KKN Tanggulkundung I berkolaborasi dengan PAC Ansor Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung melakukan kegiatan sebar stiker Keluarga Maslahat. Kegiatan ini merupakan salah bentuk Upaya memperkuat Gerakan Keluarga Maslahat yang diinisiasi oleh PBNU dan menjadi salah satu program unggulan Kemenag.

Dari kelompok KKN Tanggulkundung I, yang terlibat adalah M. Khoirul Fatihin (Fatih) Ketua Kelompok, M. Fajar Sefiantoro (Fajar) CO Divisi Komunikasi dan Publikasi, Ahmad Nasril Kamal (Nasril) CO Divisi Sosial Agama dan Budaya, Much. Ainur Rofiqi (Rofiqi) CO Divisi Pendidikan dan Teknologi, dan M. Wahyu Asnafi (Wahyu) CO Divisi Ekonomi.



Sementara dari pihak PAC Ansor Besuki dihadiri langsung oleh Kang Nain sebagai ketua, dan didampingi 3 orang anggota.

Kegiatan ini berhasil menyebar 300 stiker di masyarakat, yang tersebar di seluruh wilayah Tanggulkundung, khususnya dusun Tempel.

Kolaborasi ini terbagi menjadi 6 tim, dan terfokus di Dusun Tumapel yang memang menjadi wilayah garapan kelompok KKN Tanggulkundung I.

Tidak hanya berhasil menyebar 300 stiker, tim kolaborasi ini juga berhasil mengobservasi kebutuhan Masyarakat terkait keluarga maslahat. Setidaknya, ada 40 keluarga yang baru yang menjadi dampingan program keluarga maslahat ini.

“Kolaborasi ini sangat penting. Kawan-kawan KKN sangat membantu. Mereka sangat antusias menyukseskan Gerakan Keluarga Maslahat ini,” ungkap Kang Nain, Ketua PAC Ansor Besuki.

“Bahkan, saya juga mendapat kabar jika kelompok KKN ini sudah menyiapkan program unggulan untuk mendukung penuh Gerakan Keluarga Maslahat. Mereka keren semua, pokonya,” lanjut Kang Nain.

“Kita simpan dulu, lah. Kita masih terus menggodoknya. Mungkin 3-4 hari ke depan kita akan me-launching-nya,” jawab Fatihin, ketua Kelompok KKN ketika ditanya perihal program unggulan yang dimaksud Kang Nain.

“Yang pasti kami selalu berkoordinasi dan meminta saran kepada DPL, setiap kami merumuskan program. Disimpan dulu penasarannya, ya,” tutup Fatihin.

Sampai berita ini ditulis, kegiatan kolaborasi ini masih berlanjut pada kegiatan follow up, yang bertujuan untuk menganalisa hambatan-hambatan dan tindak lanjut kegiatan. (Mustofa Ludfi)

 













Sabtu, 06 Januari 2024

Menjadi Relawan Aksara

 

Menjadi Relawan Aksara

(Catatan Pendek Pengabdian

KKN Tanggulkundung 1 di Sekolah Dasar)

 

Halaman masa depan itu masih tampak lengang. Para siswa belum semuanya berada di lingkungan sekolah. Mereka masih berjajar, berjalan beriringan memenuhi jalan menuju sekolah. Tawa bahagia dan semangat menghambur dari mereka. Tidak ada gundah. Tidak ada kengerian. Dan apa pun itu. Mereka satu teriakan semangat yang sama. Wajah-wajah yang penuh harapan.

Rofiqi dkk, yang merupakan penanggung jawab Divisi Pendidikan sudah lebih dulu berada di ruang kelas. Mereka sibuk menyapu debu yang sejak kemarin sore menyelimuti sepetak ruang dengan deretan kursi yang tidak rapi itu. Ruang kelas harus bersih. Rapi. Mampu menampung aksara-aksara. Sebab hari itu, mereka akan menjadi relawan aksara. Mencipta banyak tutur dan tulisan. Mengekspresikan banyak hal. Tentang apa pun.

Lalu konsepnya bagaimana, Pak? Tanya mereka antusias. Jadi begini. Ajari mereka berekspresi dengan akasara. Menulis cerita tentang kucing, tentang nenek yang ngomel-ngomel. Atau juga tentang liburan sederhana di pematang sawah. Dan masih banyak lagi cerita yang bisa dihasilkan dari pena-pena mereka. Berilah mereka jalan. Jangan menempatkan mereka pada jalan. Jangan. Biarkan mereka menemukan jalan mereka sendiri. Sebab, itu yang mereka butuhkan. Setelah itu, biarkan mereka berdiri di depan kelas. Menyuarakan, menuturkan aksara-aksara yang berjejal di kepala mereka. ingat. Jangan mengintervensi. Tugas kalian hanya satu: MENGAPRESIASI.

Lalu outputnya apa? Tanya mereka lagi.

Buku!

Jika buku, apa yang harus kami lakukan? Kalian selesaikan tugas kalian di kelas. Sisanya biar saya yang memastikan hasil kerja kalian bisa memberikan kebermanfaatan untuk semuanya.

***


Pada kegiatan kali ini, Tim Divisi Pendidikan memberikan pelatihan singkat tentang menulis cerita. Bisa berupa puisi atau cerpen sederhana. Dan juga pantun. Kemudian dalam praktiknya, semua siswa diberikan kebebasan untuk menulis apa pun dengan model apa pun. Mereka diberikan batasan waktu sampai tiga jam. Hasilnya, semua menulis. Ada cerita pendek tentang ayamnya yang mati mendadak. Ada yang menulis tentang kakaknya yang jarang mandi. Bahkan ada juga yang menulis pantun dan pujian kepada Tim Divisi Pendidikan.





Setelah kegiatan berliterasi itu selesai, semua karya original siswa dikumpulkan. Kemudian dikelompokkan sesuai tema. Dan akan segera di-layout menjadi sebuah buku. Saya menyarankan jangan ada editing. Biarkan semuanya natural. Apa adanya. Tidak dibuat-buat. Tidak dipksa bagus. Sebab, apa pun bentuknya, karya mereka adalah keajaiban.

Untuk mewujudkan buku itu, Tim Divisi Pendidikan menggandeng AA. Publishing untuk menerbitkannya. Tanpa ragu dan pikir panjang, pihak penerbit menyetujui kerja sama itu. Dan akan segera mengajukan untuk mendapatkan ISBN. Sedangkan semua biaya penerbitan 100% akan ditanggung pihak penerbit.

Ini program yang sangat bagus dan keren sekali. Mereka (peserta KKN) tampaknya sudah bisa membedakan antara rutinitas KKN dan program kerja KKN. lompatan yang luar biasa. Apreasiasi setinggi-tingginya untuk mereka. Red-editor.

 

 


Mengapa Saya Lebih Memilih Ikut Perlombaan Burung Lovebird?

  Mengapa Saya Lebih Memilih Ikut Perlombaan Burung Lovebird? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tekanan dan tuntutan, mencar...