Minggu, 22 Januari 2023

Pembekalan DPL KKN

 

Pembekalan DPL KKN

(16 Januari 2023)

 

Mendung bergelayutan di lengan langit sejak pagi tadi. 16 Januari 2023. Dan agenda hari itu adalah Pembekalan DPL KKN Gelombang I Tahun 2023. Bahkan, di setengah hari menjelang pukul 12 siang, atau satu jam menuju pelaksanaan pembekalan, hujan deras mengguyur rata di sekitar kampus UIN SATU Tulungagung. Saya yang berada di sekitar 2 kilometer, dan sedang berada di atas kasur dalam posisi PW, saya bergumam: “Hujan Memang Kenal Waktu”. Dengan derasnya yang tampaknya akan berhenti sore hari, saya hampir pasti mempunyai alasan syar’i untuk tidak hadir di acara pembekalan tersebut. Tapi nyatanya, hari itu, saya memang ditakdirkan untuk menjadi DPL yang baik. Hujan berangsur mereda. Dan tepat jam 1 lebih 10 menit hujan berhenti total. Saya tancap gas menuju Rektorat Lantai-3. Acara masih belum dimulai. Saya menghela napas lega. Segera saja saya menyapa yang hadir di sana. Wajah mereka sama. Tetap penuh semangat. Di atas kepala mereka sedang terangkai berbagai macam rencana ajaib untuk dilaksanakan pada kelompok KKN mereka masing-masing.

Setengah 2 siang tepat. Para pejabat LP2M selaku pemegang otoritas pelaksanaan KKN sudah siap di meja masing-masing. Tampak di sana Prof. Dr. Ngainun Naim. M.H.I.; yang merupakan ketua LP2M, sedang membetulkan kerah baju beliau yang sebenarnya sedang baik-baik saja. Juga ada Kiyai Nafis, yang saat ini menjabat sebagai Kapus Pengabdian Kepada Masyarakat, duduk bersebelahan dengan beliau. Dua tokoh hebat; kreator di balik suksesnya LP2M UIN SATU Tulungagung menjadi pelaksana KKN terbaik di tingkat PTKIN tingkat Nasional. Di samping kedua tokoh tersebut, ada Mas Ahmad Natsir sebagai pemandu jalannya pembukaan Pembekalan DPL KKN siang itu.

Acara dibuka oleh Mas Natsir dengan senyum khasnya yang menggoda iman. Kami terkesiap. Beberapa di antara kami bahkan tampak hening; menebak-menebak kira-kira apa yang akan dibekalkan pada kami tahun ini. Apakah de javu; mengulang yang sudah-sudah, ataukah ada hal baru yang bakalan menjadi modal kami untuk berimprovisasi di lapangan. Setelah Mas Natsir selesai membuka acara, kesempatan pertama diberikan kepada Kiyai Nafis. Dalam kesempatan kali ini, beliau tampak kelihatan sedikit lebih pening. Tapi tetap saja, wajah bersahaja beliau tetap menempel kuat di sana. Beliau menyampaikan beberapa hal, di antaranya adalah jumlah peserta KKN yang tidak hanya membengkak tapi juga meledak. Tercatat ada sekitar 4 ribu lebih peserta KKN yang tersebar di semua sektor Program KKN Tahun 2023, termasuk KKN yang berbasis komunitas yang dipusatkan di daerah-daerah potensial, semisal lereng Bromo yang berada di Kawasan Probolinggo atau lereng Ngaliman yang berada di wilayah Kabupaten Nganjuk. Kiyai Nafis, dengan helaan napas pendek, beliau menyampaikan bahwa membludaknya peserta KKN ini karena faktor aplikasi yang sedang bermasalah. Tapi beliau dengan cepat menyampaikan juga, bahwa membludaknya peserta KKN ini membawa berkah yang banyak, khususnya di periode KKN selanjutnya. Artinya, jika periode ini peserta KKN banyak, maka periode berikutnya akan menjadi mudah bagi pengelola KKN, karena -tentu saja- jumlahnya akan mengecil. Selain itu, Kiyai Nafis tidak pernah bosan mengingatkan kami akan tagihan-tagihan wajib sebagai DPL, terutama masalah nilai dan hasil pendampingan. Jangan sampai dua tugas ini terlambat dengan tenggat waktu yang lama. Sebab keterlambatan ini akan berimbas pada program Fakultas. Kami semua mengangguk patuh. Lalu kami berjanji dalam hatil kecil kami untuk tepat waktu dalam segara urusan. Sebagai penutup, Kiyai Nafis menyampaikan bahwa sebagai DPL, kita semua harus terus melakukan pendampingan kepada peserta KKN masing-masing. DPL harus sering-sering memberikan wawasan tentang kondisi alam dan cuaca pada tahun ini. Jangan sampai kejadian-kejadian pada KKN periode sebelumnya terulang lagi. Beliau juga berpesan kepada DPL untuk terus mengingatkan kepada mahiswa terkait kesalahan-kesalan berulang yang dibuat oleh peserta KKN, misalnya tidak membayar listrik kontrakan yang dijadikan Posko KKN, peserta KKN tidak mau serawung dengan masyarakat setempat, dan jika terjadi masalah di lingkungan KKN, peserta diwanti-wanti untuk tidak tergesa-gesa mengunggah ke media sosial. Kiyai Nafis menyudahi pengarahan beliau dengan berpesan bahwa DPL dan peserta KKN jangan pernah menjajikan kepada masyarakat yang berkaitan dengan finansial. Jika ditanya tentang modal yang dibawa, maka jawab saja dengan modal iman dan takwa. Penutup Kiyai Nafis disambut riuh para DPL; yang sebagian tidak menyimak, tapi ikutan bersuara karena yang lain bersuara :D

Mas Ahmad Natsir kembali memegang kendali. Berikutnya, beliau mempersilakan kepada Prof. Naim (begitu sapaan akrab beliau), untuk memberikan prakata yang bisa memotivasi kami. Segera saja beliau memanfaatkan kesempatan yang diberikan. Wajah beliau selalu berseri. Saya tahu sejak dulu. Begitu pula dengan kami semua. Kami tidak sabar mendegar pesan-pesan beliau. Namun alih-alih memberikan pesan, beliau malah bercerita tentang beliau yang akan dilaporkan ke pihak yang berwajib karena dianggap “memaksa” mahasiswa untuk ikut program KKN. Dengan gaya bercerita beliau yang khas, beliau mengatakan bahwa dulu pernah ada peserta KKN yang mengalami keguguran. Dan kebetulan, suami dari peserta KKN tersebut adalah seorang aparat. Sehingga, dengan tabiat keaparatannya, aparat tersebut bersikeras akan membawa kasus keguguran ini ke ranah hukum, dengan tersangka utamanya Prof. Naim. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya Prof. Naim harus diinterogasi pihak yang berwajib. Jelas pemadangan yang sangat kontradiktif. Masak iya, tukang interogasi (baca: reviewer) harus diinterogasi. Saya tertawa kecil dalam hati. “Ada-ada saja,” gumam saya dalam hati. Tapi pada akhirnya, semua kesalahpahaman itu bisa terselesaikan dengan baik setelah pihak yang merasa dirugikan ditunjukkan surat pernyataan persetujuan ikut KKN yang ditandatangani di atas materai. Sang aparat ternyata tidak pernah menadatangani surat tersebut. “Nah,” kata Prof. Naim. Jangan sampai kejadian lucu ini terulang lagi. Maka sebagai respon dari kasus tersebut, pihak LP2M membentuk sebuah organ baru dalam KKN dengan nama KKN Inklusi. KKN ini khusus untuk mengakomodasi peserta KKN yang sedang hamil atau menyusui.

Meskipun disampaikan dengan model jenaka, cerita dari Prof. Naim tersebut memuat pesan yang sangat berharga untuk kami para DPL. Saya menangkap, Prof. Naim dalam ceritanya tersebut, sedang “mendakwahi” DPL agar selalu teliti dalam setiap administrasi yang berkaitan dengan kegiatan KKN. Jangan sampai ada rekayasa surat-menyurat atau pemalsuan tanda tangan. Untuk selanjutnya, Prof. Naim berbicara banyak tentang tagihan-tagihan para peserta KKN sekaligus para DPL. Beliau bepesan, tagihan tersebut jika dikerjakan bertahap pasti akan selesai tepat waktu. Jangan diborong dalam semalam. Prof. Naim, yang memang passion beliu di dunia literasi, beliau mengatakan bahwa program KKN ini sangat bagus untuk para DPL. Setidaknya, dengan adanya program KKN ini DPL “dipaksa” untuk terbiasa menulis. Bisa berupa catatan harian (diary) atau laporan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) yang bisa membantu Prodi dalam kegiatan Akreditasi. Ringkas, padat, dan sangat mengena. Begitu komentar saya atas prakata beliau. Setelah, sekali lagi, melempar harapan besar kepada kami; para DPL, Prof. Naim menyudahi prakata beliau. Beliau menutup dengan salam hangat, dan kami menjawab sambil bertepuk tangan.

Mas Natsir yang mengetahui Prof. Naim menyudahi prakata segera mengambil alih kendali lagi. Beliau berkata, acara berikutnya adalah tanya jawab. Setelah sesi tanya jawab dibuka, banyak DPL yang melemparkan pertanyaan. Mulai masalah KKN yang berkelanjutan, penghargaan bagi DPL terbaik, sampai Jamak-Qoshor kunjungan KKN. Semua pertanyaan terjawab dengan sangat baik dan memuaskan. Setelah sesi tanya jawab selesai, maka acara pembekalan DPL KKN dinyatak selesai. Sebagai penutup, kami yang hadir di sana melakukan sesi foto dokumentasi, dan puncaknya, kami makan nasi kotak yang disediakan oleh panitia.

2 komentar:

Mengapa Saya Lebih Memilih Ikut Perlombaan Burung Lovebird?

  Mengapa Saya Lebih Memilih Ikut Perlombaan Burung Lovebird? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tekanan dan tuntutan, mencar...