Sabtu, 06 Januari 2024

2024, Semoga Tetap Menjadi Tahun Ajaib

 








2024, Semoga Tetap Menjadi Tahun Ajaib

 

Sebelum saya berharap banyak pada 2024, pertama-tama saya berterima kasih dulu kepada semua hal -di tahun 2023-. Kepada angin, hawa sejuk, darah yang tak Lelah mengaliri tubuh. Juga oksigen yang menyegarkan paru-paru. Dansa dan lekuk tubuhmu, saya juga berterima kasih. Terima kasih telah ada. Telah membungkus semua Lelah, dan juga jenuh. Jendela yang menangkap rindu. Rintik hujan di akhir Desember. Sehingga, semua yang ada, tidak ada yang tidak layak diterimakasihi. Sekali lagi terima kasih. Saya percaya, keajaibanmu akan terus berlanjut di tahun-tahun setelahmu. Tarianmu. Tengadah tanganmu. Lentik bulu matamu.

Tahun 2024. Udara segar meniupi kening. Tawa itu memenuhi ruang. Di kantor baru, mereka saling membuat episode baru. Tentu saja, mereka tidak ingin sama dengan yang sudah-sudah. Harus ada yang baru: Revolusi. Jika berlebihan, maka saya ganti dengan: pertobatan. Ya. Kalian semua harus setuju. Itu adalah pertobatan. Setidaknya bagi saya. Yang selama ini, lebih Bahagia membuat jarak, kesepian; introvert. Tapi tidak. Saya merasa sedang di keramaian jika sepetak ruang itu hening. Lalu hanya ada jajaran buku di rak. Saya melihat aksara itu saling menautkan hati. Saling jatuh cinta. Juga ada patah hati. Ramai. Riuh. Seriuh hati saya di awal tahun ini.

Entah. Ini model riuh yang seperti apa. Bahagia? Gelisah? Sedih? Lebih tepatnya bisa disebut sebagai antologi rasa; bercampur semuanya. Macam-macam. Banyak warna. Tapi bisa jadi saya salah. Jangan-jangan, itu hanyalah sisi hati saya yang palsu. Jadi, anggap saja saya sedang bersedih. Karena apa? Berpisah dengan banyak kenangan di sana. Di panggung yang sudah 7 tahun “memaksa” saya bermain peran. Bertarung dengan jiwa saya yang introvert. Saya menang. Kadang-kadang juga kalah. Sehingga, yang tertinggal di sana banyak sekali. Serpihan-serpihan kejengkelan mereka, ternyata, menjadi kado pertama yang paling saya rindui; setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Dan juga, empat kawan saya di sana. Sejak Gedung kami pindah di ujung timur, saya menemukan persahabatan dengan mereka. Tapi, banyak yang mengaggap saya gila. Mereka mengatakan, saya berteman dengan dunia imajiner yang saya buat sendiri. Apa salahnya berjiwa introvert? Menurut saya itu tidak salah. Maka itu, semua menjadi satu paket kerinduan. Dan, akan selalu saya cari-cari sisanya. Biar kelak, rindu itu akan terobati.

Selamat datang ruang baru. Tempat duduk baru. Meja baru. Pipmpinan baru. Persahabatan baru. Selamat datang, kata-kata tentang saya; bisik-bisik tentang kengerian diri saya. Kalimat-kalimat tentang kenakalan saya; ketidakdisplinan saya. Dan paragraf-paragraf tentang dunia imajiner saya. Tapi percayalah, tidak semua yang menakutkan itu akan menghantui kalian. Tidak harus sesuatu yang buruk itu dibuang semuanya. Masih ada satu titik untuk diluruskan. Jadi, terimalah saya baik-baik. Dan segera sembuhkan saya!

Sekali lagi. Seburuk apa pun saya, tidak mungkin saya punya niat untuk hancur selamanya. Saya akan mencari Tuhan melalui kalian semua. Biarlah 2024 ini menjadi panggung baru untuk semua peran yang baru. Izinkan saya menjadi diri saya sendiri. Dan saya berusaha mengikuti kalian. Jalan kebenaran kalian. Kesuksesan kalian.

Semoga. Di tahun -yang masih- ajaib ini, kalian akan melesat jauh meninggalkan saya. Akan tetapi jangan pernah punya niat meninggalkan saya.

Terima kasih Tuhan. Terima kasih atas semua hal baru ini. Dan saya tidak sanggup menulis lagi. Jemari saya kaku. Biarlah, semua tida tertulis dulu. Saya jalani dulu. 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka itu, EMAS!

Mereka itu, EMAS! (Sebuah Pengantar) Tuhan Yang Mahakuat, Puji-puji ini untuk Engkau. Kepada Sang Nabi, saya haturkan Salawat: Semoga ka...