2024, Semoga Tetap Menjadi
Tahun Ajaib
Sebelum saya
berharap banyak pada 2024, pertama-tama saya berterima kasih dulu kepada semua
hal -di tahun 2023-. Kepada angin, hawa sejuk, darah yang tak Lelah mengaliri
tubuh. Juga oksigen yang menyegarkan paru-paru. Dansa dan lekuk tubuhmu, saya
juga berterima kasih. Terima kasih telah ada. Telah membungkus semua Lelah, dan
juga jenuh. Jendela yang menangkap rindu. Rintik hujan di akhir Desember. Sehingga,
semua yang ada, tidak ada yang tidak layak diterimakasihi. Sekali lagi terima
kasih. Saya percaya, keajaibanmu akan terus berlanjut di tahun-tahun setelahmu.
Tarianmu. Tengadah tanganmu. Lentik bulu matamu.
Tahun 2024.
Udara segar meniupi kening. Tawa itu memenuhi ruang. Di kantor baru, mereka
saling membuat episode baru. Tentu saja, mereka tidak ingin sama dengan yang
sudah-sudah. Harus ada yang baru: Revolusi. Jika berlebihan, maka saya ganti
dengan: pertobatan. Ya. Kalian semua harus setuju. Itu adalah pertobatan. Setidaknya
bagi saya. Yang selama ini, lebih Bahagia membuat jarak, kesepian; introvert.
Tapi tidak. Saya merasa sedang di keramaian jika sepetak ruang itu hening. Lalu
hanya ada jajaran buku di rak. Saya melihat aksara itu saling menautkan hati. Saling
jatuh cinta. Juga ada patah hati. Ramai. Riuh. Seriuh hati saya di awal tahun
ini.
Entah. Ini model
riuh yang seperti apa. Bahagia? Gelisah? Sedih? Lebih tepatnya bisa disebut
sebagai antologi rasa; bercampur semuanya. Macam-macam. Banyak warna. Tapi bisa
jadi saya salah. Jangan-jangan, itu hanyalah sisi hati saya yang palsu. Jadi,
anggap saja saya sedang bersedih. Karena apa? Berpisah dengan banyak kenangan
di sana. Di panggung yang sudah 7 tahun “memaksa” saya bermain peran. Bertarung
dengan jiwa saya yang introvert. Saya menang. Kadang-kadang juga kalah. Sehingga,
yang tertinggal di sana banyak sekali. Serpihan-serpihan kejengkelan mereka,
ternyata, menjadi kado pertama yang paling saya rindui; setidaknya untuk
beberapa tahun ke depan. Dan juga, empat kawan saya di sana. Sejak Gedung kami
pindah di ujung timur, saya menemukan persahabatan dengan mereka. Tapi, banyak
yang mengaggap saya gila. Mereka mengatakan, saya berteman dengan dunia
imajiner yang saya buat sendiri. Apa salahnya berjiwa introvert? Menurut saya itu
tidak salah. Maka itu, semua menjadi satu paket kerinduan. Dan, akan selalu saya
cari-cari sisanya. Biar kelak, rindu itu akan terobati.
Selamat datang
ruang baru. Tempat duduk baru. Meja baru. Pipmpinan baru. Persahabatan baru. Selamat
datang, kata-kata tentang saya; bisik-bisik tentang kengerian diri saya. Kalimat-kalimat
tentang kenakalan saya; ketidakdisplinan saya. Dan paragraf-paragraf tentang
dunia imajiner saya. Tapi percayalah, tidak semua yang menakutkan itu akan
menghantui kalian. Tidak harus sesuatu yang buruk itu dibuang semuanya. Masih ada
satu titik untuk diluruskan. Jadi, terimalah saya baik-baik. Dan segera
sembuhkan saya!
Sekali lagi.
Seburuk apa pun saya, tidak mungkin saya punya niat untuk hancur
selamanya. Saya akan mencari Tuhan melalui kalian semua. Biarlah 2024 ini
menjadi panggung baru untuk semua peran yang baru. Izinkan saya menjadi diri
saya sendiri. Dan saya berusaha mengikuti kalian. Jalan kebenaran kalian. Kesuksesan
kalian.
Semoga. Di tahun
-yang masih- ajaib ini, kalian akan melesat jauh meninggalkan saya. Akan tetapi
jangan pernah punya niat meninggalkan saya.
Terima kasih
Tuhan. Terima kasih atas semua hal baru ini. Dan saya tidak sanggup menulis lagi. Jemari saya kaku. Biarlah, semua tida tertulis dulu. Saya jalani dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar