Kamis, 02 Februari 2023

Cerita Bener-bener Pendek: Sefrekuensi

 


Malam kemarin. Tepatnya menjelang pagi. Saya ngobrol panjang dengan Ibu Negara (Baca: Istri) di beranda rumah yang berhadapan langsung dengan bising belalang daun yang sejak magrib tadi bersuara. Di akhir percakapan kami, saya bertanya,

“Dulu. Dulu sekali. Sebelum kita menikah, apa yang kamu minta kepada Tuhan tentang jodohmu?”

Ia berdiri. Lalu membereskan sisa camilan di meja depan kami. Ia menatapku aneh. Ia melempar senyum. Aku tidak bersuara. Hanya mengangkat dua bahu. Sambil menggerakkan wajahku sebagai penegasan. Ia bersuara.

“Saat tahu perempuan itu butuh laki-laki sebagai pasangan hidup. Maka aku meminta kepada Tuhan laki-laki yang mengerti agama, berasal dari pesantren tapi memiliki pemikiran terbuka; tidak jumud, dan laki-laki yang sefrekuensi denganku. Tapi sayang …,” ia menjeda. Memancingku bertanya.

“Sayang apa?”

“Sayang aku lupa tidak meminta laki-laki yang ganteng dan kaya. Yah, jadinya begini. Ah. Andai waktu berkenan kembali ke waktu itu.” Ia berlalu sambil membawa gelas bekas kopi kami.

Aku masih dipenjara tawa.

Tapi ia sudah tidak di dekatku lagi.

Tamat!

 

2 komentar:

Mengapa Saya Lebih Memilih Ikut Perlombaan Burung Lovebird?

  Mengapa Saya Lebih Memilih Ikut Perlombaan Burung Lovebird? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tekanan dan tuntutan, mencar...